Fitur esensial dari gangguan katatonik akibat kondisi medis lain adalah adanya katatonia yang dinilai disebabkan oleh efek fisiologis dari kondisi medis lain. Katatonia dapat didiagnosis dengan adanya setidaknya tiga dari 12 fitur klinis dalam Kriteria A. Harus ada bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa katatonia tersebut disebabkan oleh kondisi medis lain (Kriteria B). Diagnosis ini tidak diberikan jika katatonia lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain (misalnya, episode manik) (Kriteria C) atau jika terjadi secara eksklusif selama delirium (Kriteria D).
- Stupor (yaitu, tidak ada aktivitas psikomotor; tidak berinteraksi dengan lingkungan secara aktif).
- Katalepsi (yaitu, induksi pasif dari postur yang dipertahankan melawan gravitasi).
- Fleksibilitas Waks (yaitu, resistensi ringan, bahkan terhadap posisi yang diberikan oleh pemeriksa).
- Mutisme (yaitu, tidak ada, atau sangat sedikit, respons verbal [Catatan: tidak berlaku jika sudah ada afasia yang diketahui]).
- Negativisme (yaitu, oposisi atau tidak ada respons terhadap instruksi atau rangsangan eksternal).
- Posturing (yaitu, pemeliharaan postur secara spontan dan aktif melawan gravitasi).
- Mannerisme (yaitu, karikatur aneh, sirkumstansial dari tindakan normal).
- Stereotipi (yaitu, gerakan berulang, sangat sering, tidak berorientasi tujuan).
- Agitasi, tidak dipengaruhi oleh rangsangan eksternal.
- Grimacing (yaitu, ekspresi wajah yang aneh atau tidak wajar).
- Ekolalia (yaitu, meniru ucapan orang lain).
- Ekopraksia (yaitu, meniru gerakan orang lain).
Catatan Pengkodean: Sertakan nama kondisi medis dalam nama gangguan mental (misalnya, 293.89 [F06.1] gangguan katatonik akibat ensefalopati hepatik). Kondisi medis lain harus dikodekan dan dicantumkan secara terpisah tepat sebelum gangguan katatonik akibat kondisi medis tersebut (misalnya, 572.2 [K71.90] ensefalopati hepatik; 293.89 [F06.1] gangguan katatonik akibat ensefalopati hepatik).
Berbagai kondisi medis dapat menyebabkan katatonia, terutama kondisi neurologis (misalnya, neoplasma, trauma kepala, penyakit serebrovaskular, ensefalitis) dan kondisi metabolik (misalnya, hiperkalsemia, ensefalopati hepatik, homosistinuria, ketoasidosis diabetikum). Temuan dari pemeriksaan fisik yang terkait, temuan laboratorium, dan pola prevalensi serta onset mencerminkan kondisi medis etiologis.
Diagnosis terpisah dari gangguan katatonik akibat kondisi medis lain tidak diberikan jika katatonia terjadi secara eksklusif selama delirium atau sindrom neuroleptik malignan. Jika individu saat ini sedang menggunakan obat neuroleptik, perlu dipertimbangkan gangguan gerakan yang diinduksi oleh obat (misalnya, posisi abnormal mungkin disebabkan oleh distonia akut yang diinduksi neuroleptik) atau sindrom neuroleptik malignan (misalnya, fitur mirip katatonik mungkin ada, bersama dengan tanda-tanda vital dan/atau kelainan laboratorium yang terkait). Gejala katatonik dapat hadir dalam salah satu dari lima gangguan psikotik berikut: gangguan psikotik singkat, gangguan skizofreniform, skizofrenia, gangguan skizoafektif, dan gangguan psikotik yang diinduksi oleh zat/medikasi. Gejala ini juga dapat hadir dalam beberapa gangguan perkembangan saraf, dalam semua gangguan bipolar dan depresif, serta dalam gangguan mental lainnya.
DSM | ICD | NSD |
293.89 | F06.1 | 2.09 |
Tersedia beragam fitur dan puluhan tools
Siap membantu kebutuhan anda, menghadirkan layanan psikologi ditempat anda.