Fitur utama dari gangguan gerakan stereotipik adalah perilaku motorik yang berulang, tampak terdorong, dan tampaknya tidak memiliki tujuan (Kriteria A). Perilaku ini seringkali berupa gerakan ritmis kepala, tangan, atau tubuh tanpa fungsi adaptif yang jelas. Gerakan tersebut mungkin atau mungkin tidak merespons upaya untuk menghentikannya. Di antara anak-anak yang berkembang secara normal, gerakan berulang ini mungkin berhenti saat perhatian diarahkan kepada mereka atau ketika anak teralihkan dari melakukannya. Di antara anak-anak dengan gangguan perkembangan saraf, perilaku ini biasanya kurang responsif terhadap upaya tersebut. Dalam kasus lain, individu menunjukkan perilaku menahan diri (misalnya, duduk di atas tangan, membungkus lengan dalam pakaian, mencari alat pelindung).


Kriteria Diagnostik
  1. Perilaku motorik yang berulang, tampak terdorong, dan tampaknya tidak memiliki tujuan (misalnya, menggoyangkan atau melambaikan tangan, mengayunkan tubuh, membenturkan kepala, menggigit diri sendiri, memukul tubuh sendiri).
  2. Perilaku motorik yang berulang mengganggu aktivitas sosial, akademik, atau lainnya dan dapat menyebabkan cedera diri.
  3. Onset terjadi pada periode perkembangan awal.
  4. Perilaku motorik yang berulang tidak dapat diatributkan pada efek fisiologis suatu zat atau kondisi neurologis dan tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan perkembangan saraf atau gangguan mental lainnya (misalnya, trikotilomania [gangguan mencabut rambut], gangguan obsesif-kompulsif).

Spesifikasikan jika:

Dengan perilaku yang melukai diri sendiri (atau perilaku yang akan menyebabkan cedera jika tindakan pencegahan tidak digunakan)

Tanpa perilaku yang melukai diri sendiri

Spesifikasikan jika:

Terkait dengan kondisi medis atau genetik yang diketahui, gangguan perkembangan saraf, atau faktor lingkungan (misalnya, sindrom Lesch-Nyhan, disabilitas intelektual [gangguan perkembangan intelektual], paparan alkohol intrauterin)

Catatan pengkodean: Gunakan kode tambahan untuk mengidentifikasi kondisi medis atau genetik yang terkait, atau gangguan perkembangan saraf.

Spesifikasikan tingkat keparahan saat ini:

  • Ringan: Gejala mudah ditekan oleh rangsangan sensorik atau distraksi.
  • Sedang: Gejala memerlukan tindakan perlindungan eksplisit dan modifikasi perilaku.
  • Berat: Pemantauan terus menerus dan tindakan perlindungan diperlukan untuk mencegah cedera serius.

Prosedur Pencatatan

ntuk gangguan gerakan stereotipik yang terkait dengan kondisi medis atau genetik yang diketahui, gangguan perkembangan saraf, atau faktor lingkungan, catat gangguan gerakan stereotipik terkait dengan (nama kondisi, gangguan, atau faktor) (misalnya, gangguan gerakan stereotipik terkait dengan sindrom Lesch-Nyhan).

Spesifikator

Tingkat keparahan gerakan stereotipik yang tidak melukai diri sendiri berkisar dari presentasi ringan yang mudah ditekan oleh rangsangan sensorik atau distraksi hingga gerakan yang terus-menerus yang sangat mengganggu semua aktivitas kehidupan sehari-hari. Perilaku melukai diri sendiri bervariasi dalam keparahan di sepanjang berbagai dimensi, termasuk frekuensi, dampak pada fungsi adaptif, dan tingkat keparahan cedera tubuh (dari memar ringan atau eritema akibat memukul tangan ke tubuh, hingga luka robek atau amputasi jari, hingga pelepasan retina akibat membenturkan kepala).

Fitur Diagnostik

Repertoar perilaku ini bervariasi; setiap individu menampilkan perilaku khas mereka sendiri. Contoh gerakan stereotipik yang tidak melukai diri sendiri termasuk, tetapi tidak terbatas pada, mengayunkan tubuh, gerakan tangan bilateral atau rotasi, menggerakkan atau mengepakkan jari-jari di depan wajah, melambaikan atau mengepakkan tangan, dan menganggukkan kepala. Perilaku stereotipik yang melukai diri sendiri termasuk, tetapi tidak terbatas pada, membenturkan kepala berulang kali, menampar wajah, menusuk mata, dan menggigit tangan, bibir, atau bagian tubuh lainnya. Menusuk mata sangat mengkhawatirkan; hal ini lebih sering terjadi pada anak-anak dengan gangguan penglihatan. Beberapa gerakan dapat digabungkan (misalnya, memiringkan kepala, mengayunkan tubuh, melambaikan tali kecil berulang kali di depan wajah).

Gerakan stereotipik dapat terjadi berkali-kali dalam sehari, berlangsung beberapa detik hingga beberapa menit atau lebih lama. Frekuensi dapat bervariasi dari banyak kejadian dalam sehari hingga beberapa minggu berlalu antara episode. Perilaku ini bervariasi dalam konteks, terjadi saat individu tenggelam dalam aktivitas lain, saat bersemangat, stres, lelah, atau bosan. Kriteria 1 mensyaratkan bahwa gerakan tersebut tampak tidak memiliki tujuan. Namun, beberapa fungsi mungkin dilayani oleh gerakan tersebut. Misalnya, gerakan stereotipik mungkin mengurangi kecemasan sebagai respons terhadap stresor eksternal.

Kriteria B menyatakan bahwa gerakan stereotipik mengganggu aktivitas sosial, akademik, atau aktivitas lainnya dan, pada beberapa anak, dapat menyebabkan cedera diri (atau akan terjadi jika tindakan perlindungan tidak digunakan). Jika cedera diri ada, harus dikodekan menggunakan spesifikator. Onset gerakan stereotipik terjadi pada periode perkembangan awal (Kriteria C). Kriteria 4 menyatakan bahwa perilaku berulang dan stereotipik pada gangguan gerakan stereotipik tidak dapat diatributkan pada efek fisiologis suatu zat atau kondisi neurologis dan tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan perkembangan saraf atau gangguan mental lainnya. Adanya gerakan stereotipik mungkin menunjukkan masalah perkembangan saraf yang tidak terdeteksi, terutama pada anak usia 1–3 tahun.

Prevalensi

Gerakan stereotipik sederhana (misalnya, mengayunkan tubuh) umum terjadi pada anak-anak yang berkembang secara normal. Gerakan stereotipik kompleks jauh lebih jarang terjadi (sekitar 3%–4%). Antara 4?n 16% individu dengan disabilitas intelektual (gangguan perkembangan intelektual) terlibat dalam stereotipi dan cedera diri. Risikonya lebih besar pada individu dengan disabilitas intelektual yang parah. Di antara individu dengan disabilitas intelektual yang tinggal di fasilitas perawatan, 10%–15% mungkin memiliki gangguan gerakan stereotipik dengan cedera diri.

Perkembangan dan Perjalanan

Gerakan stereotipik biasanya dimulai dalam 3 tahun pertama kehidupan. Gerakan stereotipik sederhana umum terjadi pada masa bayi dan mungkin terlibat dalam penguasaan motorik. Pada anak-anak yang mengembangkan stereotipi motorik kompleks, sekitar 80% menunjukkan gejala sebelum usia 24 bulan, 12% antara 24 dan 35 bulan, dan 8% pada usia 36 bulan atau lebih. Pada kebanyakan anak yang berkembang secara normal, gerakan ini hilang seiring waktu atau dapat ditekan. Onset stereotipi motorik kompleks mungkin terjadi pada masa bayi atau kemudian pada periode perkembangan. Di antara individu dengan disabilitas intelektual, perilaku stereotipik yang melukai diri sendiri dapat bertahan selama bertahun-tahun, meskipun topografi atau pola cedera diri dapat berubah.

Faktor Risiko dan Prognostik
  • Lingkungan: Isolasi sosial merupakan faktor risiko untuk stimulasi diri yang dapat berkembang menjadi gerakan stereotipik dengan cedera diri berulang. Stres lingkungan juga dapat memicu perilaku stereotipik. Ketakutan dapat mengubah keadaan fisiologis, yang mengakibatkan peningkatan frekuensi perilaku stereotipik.
  • Genetik dan fisiologis: Fungsi kognitif yang lebih rendah terkait dengan risiko yang lebih besar untuk perilaku stereotipik dan respons yang lebih buruk terhadap intervensi. Gerakan stereotipik lebih sering terjadi di antara individu dengan disabilitas intelektual sedang hingga parah/profound, yang karena sindrom tertentu (misalnya, sindrom Rett) atau faktor lingkungan (misalnya, lingkungan dengan stimulasi yang relatif tidak mencukupi) tampaknya memiliki risiko lebih tinggi untuk stereotipi. Perilaku berulang yang melukai diri sendiri mungkin merupakan fenotipe perilaku pada sindrom neurogenetik. Misalnya, pada sindrom Lesch-Nyhan, ada gerakan distonik stereotipik dan mutilasi diri pada jari, gigitan bibir, dan bentuk cedera diri lainnya kecuali individu tersebut ditahan, dan pada sindrom Rett dan sindrom Cornelia de Lange, cedera diri dapat terjadi akibat stereotipi tangan ke mulut. Perilaku stereotipik dapat terjadi akibat kondisi medis yang menyakitkan (misalnya, infeksi telinga tengah, masalah gigi, refluks gastroesofageal).
Masalah Diagnostik Terkait Budaya

Gangguan gerakan stereotipik, dengan atau tanpa cedera diri, terjadi di semua ras dan budaya. Sikap budaya terhadap perilaku yang tidak biasa dapat mengakibatkan keterlambatan diagnosis. Toleransi budaya secara keseluruhan dan sikap terhadap gerakan stereotipik bervariasi dan harus dipertimbangkan.

Diagnosis Banding
  • Perkembangan normal: Gerakan stereotipik sederhana umum terjadi pada masa bayi dan anak-anak usia dini. Mengayunkan tubuh mungkin terjadi dalam transisi dari tidur ke bangun, suatu perilaku yang biasanya hilang seiring bertambahnya usia. Stereotipi kompleks lebih jarang terjadi pada anak-anak yang berkembang secara normal dan biasanya dapat ditekan oleh distraksi atau rangsangan sensorik. Rutinitas harian individu jarang terpengaruh, dan gerakan tersebut umumnya tidak menyebabkan anak merasa tertekan. Diagnosis tidak akan tepat dalam keadaan ini.
  • Gangguan spektrum autisme: Gerakan stereotipik mungkin merupakan gejala yang muncul dari gangguan spektrum autisme dan harus dipertimbangkan ketika gerakan dan perilaku berulang dievaluasi. Defisit komunikasi dan timbal balik sosial yang bermanifestasi dalam gangguan spektrum autisme umumnya tidak ada dalam gangguan gerakan stereotipik, sehingga interaksi sosial, komunikasi sosial, dan perilaku serta minat berulang yang kaku menjadi fitur pembeda. Ketika gangguan spektrum autisme hadir, gangguan gerakan stereotipik didiagnosis hanya ketika ada cedera diri atau ketika perilaku stereotipik cukup parah hingga menjadi fokus pengobatan.
  • Gangguan tics: Biasanya, stereotipi memiliki usia onset yang lebih awal (sebelum 3 tahun) dibandingkan tics, yang memiliki usia onset rata-rata 5–7 tahun. Mereka konsisten dan tetap dalam pola atau topografi mereka dibandingkan dengan tics, yang bervariasi dalam presentasinya. Stereotipi mungkin melibatkan lengan, tangan, atau seluruh tubuh, sementara tics biasanya melibatkan mata, wajah, kepala, dan bahu. Stereotipi lebih tetap, ritmis, dan berlangsung lebih lama dibandingkan tics, yang umumnya singkat, cepat, acak, dan berfluktuasi. Tics dan gerakan stereotipik keduanya berkurang dengan distraksi.
  • Gangguan obsesif-kompulsif dan terkait: Gangguan gerakan stereotipik dibedakan dari gangguan obsesif-kompulsif (OCD) oleh tidak adanya obsesi, serta oleh sifat perilaku berulang. Pada OCD, individu merasa terdorong untuk melakukan perilaku berulang sebagai respons terhadap obsesi atau sesuai dengan aturan yang harus diterapkan dengan kaku, sedangkan pada gangguan gerakan stereotipik, perilaku tersebut tampaknya didorong tetapi tampaknya tidak memiliki tujuan. Trikotilomania (gangguan mencabut rambut) dan gangguan ekskoriasi (menggaruk kulit) ditandai oleh perilaku berulang yang terfokus pada tubuh (yaitu, mencabut rambut dan menggaruk kulit) yang tampaknya didorong tetapi tidak tampaknya tidak memiliki tujuan, dan mungkin tidak berpola atau ritmis. Selain itu, onset pada trikotilomania dan gangguan ekskoriasi biasanya tidak terjadi pada periode perkembangan awal, tetapi sekitar masa pubertas atau kemudian.
  • Kondisi neurologis dan medis lainnya: Diagnosis gerakan stereotipik memerlukan pengecualian kebiasaan, perilaku, paroksismal diskinetik, dan korea herediter jinak. Riwayat neurologis dan pemeriksaan diperlukan untuk menilai fitur yang menunjukkan gangguan lain, seperti mioklonus, distonia, tics, dan korea. Gerakan involunter yang terkait dengan kondisi neurologis dapat dibedakan dengan tanda dan gejalanya. Misalnya, gerakan berulang stereotipik pada tardive dyskinesia dapat dibedakan dengan riwayat penggunaan neuroleptik kronis dan diskinetik oral atau wajah yang khas atau gerakan batang tubuh atau anggota tubuh yang tidak teratur. Jenis gerakan ini tidak menyebabkan cedera diri. Diagnosis gangguan gerakan stereotipik tidak tepat untuk pengambilan kulit atau penggarukan berulang yang terkait dengan intoksikasi atau penyalahgunaan amfetamin (misalnya, pasien didiagnosis dengan gangguan obsesif-kompulsif terkait zat/obat yang ditentukan atau tidak ditentukan) dan gerakan koreoatetoid berulang yang terkait dengan gangguan neurologis lainnya.
Komorbiditas

Gangguan gerakan stereotipik dapat terjadi sebagai diagnosis primer atau sekunder terhadap gangguan lain. Misalnya, stereotipi merupakan manifestasi umum dari berbagai gangguan neurogenetik, seperti sindrom Lesch-Nyhan, sindrom Rett, sindrom X rapuh, sindrom Cornelia de Lange, dan sindrom Smith-Magenis. Ketika gangguan gerakan stereotipik terjadi bersamaan dengan kondisi medis lain, keduanya harus dikodekan.


Gangguan lain pada Neurodevelopmental Disorders


Stereotypic Movement Disorder
DSM ICD NSD
307.3 F98.4 1.15

Diagnosis gangguan perkembangan

KLASIFIKASI DSM-5

Dapatkan Layanan Psikotes Online

Tersedia beragam fitur dan puluhan tools

Siap membantu kebutuhan anda, menghadirkan layanan psikologi ditempat anda.