WFH bisa memicu digital fatigue: selalu “on”, Zoom fatigue, dan isolasi. Tetapkan batas kerja, istirahat tanpa layar, dan cek kondisi lewat tes kesehatan mental online NSD.
Sejak pandemi, banyak orang mulai bekerja dari rumah. Awalnya, konsep work from home (WFH) terdengar menyenangkan — nggak perlu macet, bisa kerja pakai baju santai, bahkan bisa rebahan sambil buka laptop. Tapi makin ke sini, banyak yang justru merasa capek secara mental. Bukan karena beban kerja yang berlebihan, tapi karena batas antara kehidupan pribadi dan pekerjaan jadi kabur. Fenomena ini bahkan punya nama: digital fatigue atau kelelahan digital.
Bekerja di rumah seharusnya membuat hidup lebih seimbang, tapi nyatanya justru sebaliknya bagi sebagian orang. Setelah hampir lima tahun tren WFH dan hybrid working berjalan, survei dari Deloitte (2024) menunjukkan bahwa 61% pekerja muda merasa lebih cepat lelah secara emosional dibanding masa sebelum pandemi. Padahal secara fisik, mereka tidak lagi terjebak di perjalanan panjang atau lembur di kantor. Jadi, apa sebenarnya yang bikin WFH terasa begitu melelahkan?
Fokus Terpecah dan Selalu “On”
Salah satu alasan terbesar kenapa WFH bisa bikin stres adalah karena otak kita tidak pernah benar-benar beristirahat. Notifikasi kerja bisa muncul kapan saja — pagi, siang, bahkan tengah malam. Akibatnya, otak terus siaga tanpa waktu tenang. Apalagi dengan budaya “fast response” yang berkembang di banyak perusahaan. Kalau pesan belum dibalas dalam 10 menit, langsung dibilang nggak profesional. Padahal manusia butuh jeda untuk memproses informasi.
Kelelahan jenis ini sering nggak tera
Sejak pandemi, banyak orang mulai bekerja dari rumah. Awalnya, konsep work from home (WFH) terdengar menyenangkan — nggak perlu macet, bisa kerja pakai baju santai, bahkan bisa rebahan sambil buka laptop. Tapi makin ke sini, banyak yang justru merasa capek secara mental. Bukan karena beban kerja yang berlebihan, tapi karena batas antara kehidupan pribadi dan pekerjaan jadi kabur. Fenomena ini bahkan punya nama: digital fatigue atau kelelahan digital.
Bekerja di rumah seharusnya membuat hidup lebih seimbang, tapi nyatanya justru sebaliknya bagi sebagian orang. Setelah hampir lima tahun tren WFH dan hybrid working berjalan, survei dari Deloitte (2024) menunjukkan bahwa 61% pekerja muda merasa lebih cepat lelah secara emosional dibanding masa sebelum pandemi. Padahal secara fisik, mereka tidak lagi terjebak di perjalanan panjang atau lembur di kantor. Jadi, apa sebenarnya yang bikin WFH terasa begitu melelahkan?
Fokus Terpecah dan Selalu “On”
Salah satu alasan terbesar kenapa WFH bisa bikin stres adalah karena otak kita tidak pernah benar-benar beristirahat. Notifikasi kerja bisa muncul kapan saja — pagi, siang, bahkan tengah malam. Akibatnya, otak terus siaga tanpa waktu tenang. Apalagi dengan budaya “fast response” yang berkembang di banyak perusahaan. Kalau pesan belum dibalas dalam 10 menit, langsung dibilang nggak profesional. Padahal manusia butuh jeda untuk memproses informasi.
Kelelahan jenis ini sering nggak terasa di awal. Tapi kalau terus dibiarkan, bisa memicu gejala burnout — seperti susah tidur, cepat marah, kehilangan motivasi, atau bahkan merasa kosong. Nah, inilah titik di mana penting banget untuk mulai sadar dan memeriksa kondisi diri sendiri lewat tes kesehatan mental online.
Tes Online Bukan Solusi Instan, Tapi Titik Awal
Beberapa orang masih ragu ikut tes kesehatan mental online karena takut hasilnya terlalu “serius”. Padahal, tes semacam ini sebenarnya bukan diagnosis medis, tapi alat bantu untuk mengenali gejala awal stres, kecemasan, atau depresi. Dengan mengisi beberapa pertanyaan sederhana, kita bisa tahu seberapa tinggi tingkat kelelahan emosional, apakah sudah mengarah ke burnout, atau masih bisa dikendalikan dengan istirahat dan manajemen waktu yang lebih baik.
Yang menarik, sekarang banyak platform psikologi di Indonesia menyediakan tes ini dengan hasil interpretasi yang mudah dipahami. Nggak cuma angka atau skor, tapi juga saran praktis seperti: “Coba atur jam istirahat tanpa layar selama 30 menit” atau “Luangkan waktu untuk aktivitas fisik ringan di sore hari”. Hal-hal kecil yang sering kita abaikan, padahal dampaknya besar untuk kesehatan mental.
Fenomena “Zoom Fatigue” dan Tekanan Emosional
Kamu pernah merasa capek banget setelah meeting online padahal cuma duduk diam? Itu namanya Zoom fatigue. Fenomena ini jadi pembahasan serius di banyak penelitian psikologi sejak 2021. Alasannya sederhana: tatapan intens di layar, ekspresi wajah yang harus selalu terlihat “siap”, dan interaksi tanpa isyarat tubuh membuat otak bekerja dua kali lebih keras.
Selain itu, WFH juga bisa memperparah perasaan terisolasi. Kita kehilangan momen sederhana seperti ngobrol santai di pantry, bercanda dengan rekan kerja, atau sekadar jalan bareng pulang kantor. Semua interaksi itu ternyata penting banget untuk menjaga kestabilan emosi. Tanpa sadar, banyak orang jadi ngerasa sendirian meski secara digital tetap “terhubung”.
Pentingnya Mengetahui Batas Diri
Nggak semua kelelahan harus disembuhkan dengan liburan panjang. Kadang, yang kita butuhkan hanyalah kesadaran untuk berhenti sejenak. Tes kesehatan mental online membantu membuka kesadaran itu — semacam cermin yang bikin kita jujur sama diri sendiri.
Misalnya, kamu mungkin baru sadar kalau akhir-akhir ini lebih sering begadang padahal nggak ada pekerjaan mendesak. Atau kamu menyadari bahwa kamu mulai kehilangan minat terhadap hal-hal yang dulu bikin semangat. Dengan memahami tanda-tanda itu sejak dini, kamu bisa mencegah kelelahan berubah jadi gangguan serius.
Fakta Menarik: Indonesia Masih Minim Kesadaran Kesehatan Mental
Meski pembicaraan soal mental health makin sering terdengar, kenyataannya survei Katadata Insight Center (2024) menemukan bahwa hanya 27% pekerja Indonesia yang pernah melakukan pemeriksaan kesehatan mental, baik secara langsung maupun online. Sisanya masih menganggap stres sebagai hal yang “wajar” atau “bisa diatasi sendiri”.
Padahal, pendekatan preventif jauh lebih efektif. Tes online bisa jadi langkah awal tanpa tekanan. Kamu bisa melakukannya di rumah, hasilnya rahasia, dan biayanya jauh lebih terjangkau dibanding konsultasi langsung (meski konsultasi tetap disarankan kalau hasil tes menunjukkan gejala berat).
Menjaga Keseimbangan di Era Digital
Kunci dari WFH yang sehat bukan cuma manajemen waktu, tapi juga manajemen pikiran. Cobalah mulai membuat batas kerja yang jelas: jam mulai dan jam berhenti, bahkan kalau perlu, matikan notifikasi di luar jam kerja. Jangan lupa juga untuk tetap terhubung secara sosial, entah lewat obrolan video dengan teman atau sekadar jalan sore di luar rumah.
WFH seharusnya memberi fleksibilitas, bukan justru menyita seluruh waktu kita. Kalau kamu mulai merasa jenuh, kehilangan semangat, atau gampang tersinggung tanpa alasan jelas, mungkin saatnya berhenti sejenak dan memeriksa kondisi mental. Tes kesehatan mental online bisa jadi langkah kecil yang membawa perubahan besar.
Kelelahan mental di era digital bukan tanda lemah, tapi tanda tubuh dan pikiran butuh perhatian. Mengenali diri sendiri adalah bentuk keberanian — dan langkah pertama menuju keseimbangan hidup yang lebih sehat.
NSD (Nirmala Satya Development) menyediakan berbagai tes psikologi online, termasuk tes kesehatan mental yang bisa kamu akses kapan saja. Lewat platform ini, kamu bisa memahami kondisi emosionalmu dengan lebih jujur dan mendapat panduan untuk memulihkan keseimbangan hidup di tengah dunia kerja yang serba cepat.
Tes Online Bukan Solusi Instan, Tapi Titik Awal
Beberapa orang masih ragu ikut tes kesehatan mental online karena takut hasilnya terlalu “serius”. Padahal, tes semacam ini sebenarnya bukan diagnosis medis, tapi alat bantu untuk mengenali gejala awal stres, kecemasan, atau depresi. Dengan mengisi beberapa pertanyaan sederhana, kita bisa tahu seberapa tinggi tingkat kelelahan emosional, apakah sudah mengarah ke burnout, atau masih bisa dikendalikan dengan istirahat dan manajemen waktu yang lebih baik.
Yang menarik, sekarang banyak platform psikologi di Indonesia menyediakan tes ini dengan hasil interpretasi yang mudah dipahami. Nggak cuma angka atau skor, tapi juga saran praktis seperti: “Coba atur jam istirahat tanpa layar selama 30 menit” atau “Luangkan waktu untuk aktivitas fisik ringan di sore hari”. Hal-hal kecil yang sering kita abaikan, padahal dampaknya besar untuk kesehatan mental.
Fenomena “Zoom Fatigue” dan Tekanan Emosional
Kamu pernah merasa capek banget setelah meeting online padahal cuma duduk diam? Itu namanya Zoom fatigue. Fenomena ini jadi pembahasan serius di banyak penelitian psikologi sejak 2021. Alasannya sederhana: tatapan intens di layar, ekspresi wajah yang harus selalu terlihat “siap”, dan interaksi tanpa isyarat tubuh membuat otak bekerja dua kali lebih keras.
Selain itu, WFH juga bisa memperparah perasaan terisolasi. Kita kehilangan momen sederhana seperti ngobrol santai di pantry, bercanda dengan rekan kerja, atau sekadar jalan bareng pulang kantor. Semua interaksi itu ternyata penting banget untuk menjaga kestabilan emosi. Tanpa sadar, banyak orang jadi ngerasa sendirian meski secara digital tetap “terhubung”.
Pentingnya Mengetahui Batas Diri
Nggak semua kelelahan harus disembuhkan dengan liburan panjang. Kadang, yang kita butuhkan hanyalah kesadaran untuk berhenti sejenak. Tes kesehatan mental online membantu membuka kesadaran itu — semacam cermin yang bikin kita jujur sama diri sendiri.
Misalnya, kamu mungkin baru sadar kalau akhir-akhir ini lebih sering begadang padahal nggak ada pekerjaan mendesak. Atau kamu menyadari bahwa kamu mulai kehilangan minat terhadap hal-hal yang dulu bikin semangat. Dengan memahami tanda-tanda itu sejak dini, kamu bisa mencegah kelelahan berubah jadi gangguan serius.
Fakta Menarik: Indonesia Masih Minim Kesadaran Kesehatan Mental
Meski pembicaraan soal mental health makin sering terdengar, kenyataannya survei Katadata Insight Center (2024) menemukan bahwa hanya 27% pekerja Indonesia yang pernah melakukan pemeriksaan kesehatan mental, baik secara langsung maupun online. Sisanya masih menganggap stres sebagai hal yang “wajar” atau “bisa diatasi sendiri”.
Padahal, pendekatan preventif jauh lebih efektif. Tes online bisa jadi langkah awal tanpa tekanan. Kamu bisa melakukannya di rumah, hasilnya rahasia, dan biayanya jauh lebih terjangkau dibanding konsultasi langsung (meski konsultasi tetap disarankan kalau hasil tes menunjukkan gejala berat).
Menjaga Keseimbangan di Era Digital
Kunci dari WFH yang sehat bukan cuma manajemen waktu, tapi juga manajemen pikiran. Cobalah mulai membuat batas kerja yang jelas: jam mulai dan jam berhenti, bahkan kalau perlu, matikan notifikasi di luar jam kerja. Jangan lupa juga untuk tetap terhubung secara sosial, entah lewat obrolan video dengan teman atau sekadar jalan sore di luar rumah.
WFH seharusnya memberi fleksibilitas, bukan justru menyita seluruh waktu kita. Kalau kamu mulai merasa jenuh, kehilangan semangat, atau gampang tersinggung tanpa alasan jelas, mungkin saatnya berhenti sejenak dan memeriksa kondisi mental. Tes kesehatan mental online bisa jadi langkah kecil yang membawa perubahan besar.
Kelelahan mental di era digital bukan tanda lemah, tapi tanda tubuh dan pikiran butuh perhatian. Mengenali diri sendiri adalah bentuk keberanian — dan langkah pertama menuju keseimbangan hidup yang lebih sehat.
NSD (Nirmala Satya Development) menyediakan berbagai tes psikologi online, termasuk tes kesehatan mental yang bisa kamu akses kapan saja. Lewat platform ini, kamu bisa memahami kondisi emosionalmu dengan lebih jujur dan mendapat panduan untuk memulihkan keseimbangan hidup di tengah dunia kerja yang serba cepat.