Isolasi sosial yang diperpanjang, ketakutan akan penilaian orang lain terkait protokol kesehatan, dan keterbatasan akses ke dukungan sosial merupakan beberapa faktor utama yang mempengaruhi kesejahteraan mental kita.
Kecemasan sosial, yang sudah merupakan tantangan besar bagi banyak orang, semakin menjadi sorotan di masa pandemi COVID-19. Pandemi ini tidak hanya mengubah cara kita hidup sehari-hari secara drastis tetapi juga mempengaruhi kesehatan mental kita dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bagi banyak orang, situasi ini tidak hanya memperparah kecemasan sosial yang sudah ada tetapi juga mengekspos mereka yang sebelumnya tidak mengalami masalah ini menjadi lebih rentan. Mari kita telaah beberapa alasan mengapa kecemasan sosial bisa semakin parah di masa pandemi ini.
Bagaimana Pandemi Memperparah Kecemasan Sosial?
Berikut beberapa alasan mengapa pandemi memperparah kecemasan sosial seseorang.
1. Isolasi Sosial yang Diperpanjang
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kecemasan sosial selama pandemi adalah isolasi sosial yang diperpanjang. Lockdown, physical distancing, dan anjuran untuk tetap di rumah telah membatasi interaksi sosial langsung secara signifikan. Bagi mereka yang sudah mengalami kecemasan sosial, ini bisa berarti tidak adanya kesempatan untuk berlatih atau terbiasa dengan situasi sosial. Bahkan bagi yang tidak memiliki kecemasan sosial sebelumnya, isolasi sosial dapat menyebabkan rasa kesepian dan ketidaknyamanan dalam interaksi sosial yang baru. Tes kejiwaan online dapat membantu individu untuk menilai seberapa jauh mereka terpengaruh oleh isolasi ini secara psikologis.
2. Zona Nyaman yang Tertutup
Masa pandemi cenderung membuat kita lebih cenderung bertahan dalam zona nyaman yang tertutup. Dengan bekerja dari rumah, menghadiri pertemuan virtual, dan membatasi kontak langsung dengan orang lain, kita mungkin merasa aman tetapi juga semakin sulit untuk keluar dari zona nyaman ini. Bagi yang memiliki kecemasan sosial, ini bisa berarti lebih sedikit stimulus sosial dan kesempatan untuk menghadapi dan mengatasi ketakutan mereka. Tes kejiwaan online dapat memberikan gambaran tentang sejauh mana seseorang terjebak dalam zona nyaman ini dan seberapa besar dampaknya terhadap kesejahteraan mental mereka.
3. Ketakutan akan Penilaian Orang Lain
Pandemi telah meningkatkan ketakutan akan penilaian dari orang lain, terutama terkait dengan protokol kesehatan seperti penggunaan masker, menjaga jarak, atau keputusan untuk tetap di rumah. Bagi yang memiliki kecemasan sosial, ketakutan ini bisa menjadi lebih intens karena mereka merasa tekanan untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma baru yang sering kali dipublikasikan secara luas. Hal ini dapat memperburuk kecemasan sosial mereka, membuat mereka lebih waspada dan terkadang menghindari interaksi sosial sama sekali. Tes kejiwaan online dapat membantu mengidentifikasi seberapa besar ketakutan akan penilaian orang lain ini mempengaruhi kesejahteraan mental seseorang.
4. Keterbatasan Akses ke Dukungan Sosial
Salah satu strategi utama dalam mengatasi kecemasan sosial adalah melalui dukungan sosial yang kuat dari keluarga, teman, atau jaringan sosial lainnya. Namun, pandemi telah membatasi akses fisik kita terhadap sumber-sumber dukungan ini. Meskipun teknologi memungkinkan kita untuk tetap terhubung secara virtual, tidak ada yang dapat menggantikan interaksi sosial langsung dan dukungan fisik yang dapat dirasakan. Bagi banyak orang dengan kecemasan sosial, ini dapat meningkatkan perasaan isolasi dan kesendirian. Tes kejiwaan online dapat menjadi alat yang berguna untuk mengevaluasi sejauh mana seseorang merasa terisolasi secara sosial dan bagaimana hal itu memengaruhi kesejahteraan mental mereka.
5. Peningkatan Stres dan Kecemasan Umum
Pandemi COVID-19 juga telah menyebabkan peningkatan stres dan kecemasan umum secara luas. Ketidakpastian tentang kesehatan, pekerjaan, ekonomi, dan masa depan secara keseluruhan telah mempengaruhi kesejahteraan mental banyak orang. Bagi yang sudah memiliki kecemasan sosial, stres tambahan ini bisa membuat gejala mereka lebih parah. Perasaan tegang, tidak nyaman, atau takut dalam situasi sosial mungkin lebih sulit untuk dikendalikan atau diatasi saat berada di bawah tekanan tambahan dari situasi pandemi. Tes kejiwaan online dapat membantu individu untuk menilai tingkat stres dan kecemasan mereka serta mencari strategi yang tepat untuk mengatasinya.
6. Perubahan dalam Cara Berinteraksi
Cara kita berinteraksi telah berubah secara signifikan selama pandemi. Misalnya, pertemuan virtual dan komunikasi melalui layar telah menggantikan banyak interaksi langsung. Bagi orang dengan kecemasan sosial, ini bisa memperkenalkan tantangan baru dalam membaca bahasa tubuh, mengatur ekspresi wajah, atau menafsirkan interaksi secara keseluruhan.
Menghadapi kecemasan sosial di masa pandemi merupakan tantangan yang nyata bagi banyak orang.Pandemi COVID-19 telah memperparah kecemasan sosial yang sudah ada dan membuat orang yang sebelumnya tidak mengalami masalah ini menjadi lebih rentan.