Dalam mengikuti tes psikologi, belajar sebenarnya bukan menjadi hal yang wajib dan harus karena tidak semua jenis psikotes bisa dipelajari.
Tes psikologi digunakan untuk berbagai keperluan, salah satunya yang paling umum adalah dalam proses seleksi karyawan baru di perusahaan. Tujuan utamanya adalah untuk menilai calon karyawan, sehingga perusahaan dapat menemukan individu yang paling cocok dan sesuai untuk mengisi posisi kosong.
Tes ini penting baik bagi perusahaan yang dapat memilih karyawan dengan kepribadian dan kemampuan yang tepat, maupun bagi calon karyawan yang bisa menunjukkan potensi diri dan kesesuaian dengan budaya perusahaan.
Haruskah Belajar Sebelum Mengikuti Tes Psikologi untuk Rekrutmen Karyawan maupun Hal lainnya?
Dalam tes atau ujian biasanya seperti ujian di Sekolah Dasar, SMP, maupun SMA, belajar memang menjadi hal yang cukup penting agar siswa-siswi bisa mendapatkan nilai bagus dan tinggi. Namun apakah hal tersebut juga berlaku ketika hendak mengikuti psikotes baik itu dalam proses rekrutmen karyawan baru perusahaan maupun untuk tujuan lain?
Sebelum mengikuti proses psikotes contohnya untuk rekrutmen karyawan baru perusahaan, kita mungkin mendengar saran dari orang lain untuk belajar terlebih dahulu. Tujuannya yaitu agar bisa menentukan jawaban yang paling tepat sehingga bisa berhasil mendapat nilai psikotes yang baik. Dengan begitu maka peluang untuk lolos menjadi semakin besar.
Belajar Bukan Menjadi Hal yang Wajib
Sebenarnya, untuk mengikuti psikotes, belajar tidak selalu menjadi kewajiban bagi semua peserta. Sebab, tidak semua tes psikologi dapat dipelajari seperti ujian akademik pada umumnya. Psikotes lebih berfokus pada penilaian kemampuan, kepribadian, dan kecocokan seseorang dengan pekerjaan atau posisi tertentu.
Oleh karena itu, peserta tidak perlu melakukan persiapan khusus. Meskipun ada baiknya untuk menjaga kondisi fisik dan mental agar dapat menghadapi tes dengan percaya diri dan optimal.
Contoh tes psikologi yang tidak dapat dipelajari yaitu seperti tes kepribadian, minat bakat, dan sebagainya. Untuk menjawab berbagai jenis psikotes tersebut peserta tidak perlu belajar dan pusing memikirkan jawaban sebab bisa menjawabnya dengan menyesuaikannya pada diri sendiri. Sehingga dalam pengerjaan psikotes ini peserta lebih membutuhkan kejujuran.
Saat ini memang sudah ada banyak banyak buku tentang psikotes. Namun, psikotes sebaiknya tidak dipelajari lewat buku-buku tersebut. Sebab khawatirnya jika sudah belajar namun ternyata saat tes soalnya sangat berbeda. Alhasil peserta tes bisa merasa kaget dan cemas yang akan mempengaruhi performa mereka selama mengerjakan tes.
Dalam psikotes pun sebenarnya peserta bisa mempelajari atau latihan agar setidaknya tidak terlalu terkejut saat pengerjaan psikotes sungguhan. Misalnya yaitu psikotes tentang numerik, kemampuan kognitif, dan sebagainya. Untuk psikotes tersebut peserta bisa latihan terlebih dahulu untuk membiasakan diri dengan soal-soal yang mungkin akan muncul dalam psikotes sesungguhnya
Jujur Menjadi Hal yang Penting
Dalam pelaksanaan tes psikologi, kejujuran justru menjadi hal yang sangat penting bagi semua peserta. Sebab, psikotes yang bertujuan untuk mengulik tentang sifat, kemampuan, dan keterampilan sesungguhnya dari seseorang benar-benar membutuhkan kejujuran. Jadi saat mengerjakan psikotes penting untuk memberi jawaban dengan jujur sesuai dengan diri sendiri.
Kejujuran dalam pengerjaan tes akan membuat hasilnya benar-benar menunjukkan seperti apa diri peserta tersebut yang sebenarnya. Hal itu pun sangat penting untuk berbagai tujuan. Misalnya pada psikotes dengan tujuan menyaring karyawan baru, pengerjaan secara jujur mampu membantu perusahaan menemukan karyawan yang benar-benar tepat dan cocok untuk perusahaan.
Dalam hal rekrutmen kerja ini, kejujuran dalam mengerjakan tes psikologi juga sangat penting bagi calon karyawan itu sendiri. Sebab jika hasil pengerjaan tes secara jujur memang cocok dengan pekerjaan dan perusahaan menerimanya maka pastinya ia bisa menjalankan berbagai tugasnya dengan baik karena memang sesuai dengannya.
Ketidakjujuran atau berbohong dalam tes rekrutmen karyawan baru dapat merugikan baik perusahaan maupun calon karyawan itu sendiri. Kebohongan dapat mengubah hasil psikotes, misalnya dengan membuat calon karyawan yang sebenarnya tidak cocok dengan perusahaan terlihat sesuai. Hal ini menyebabkan perusahaan memilih karyawan yang tidak tepat. Alhasil berujung pada kinerja yang buruk dan ketidakpuasan.
Di sisi lain, karyawan yang tidak cocok dengan pekerjaan bisa merasa tertekan dan kesulitan beradaptasi, yang akhirnya memicu keinginan untuk resign. Oleh karena itu, kejujuran dalam psikotes sangat penting untuk memastikan kesesuaian antara perusahaan dan karyawan.
Kesimpulan dalam pembahasan ini yaitu belajar sebelum tes psikologi bukan menjadi hal yang wajib, apalagi tidak semua psikotes bisa dipelajari. Hal yang lebih penting yaitu mengerjakan psikotes dengan kejujuran agar hasilnya benar-benar menunjukkan seperti apa diri kita sebenarnya.