Tes kesehatan mental untuk anak broken home penting untuk mendeteksi gangguan psikologis akibat perceraian, membantu mendukung perkembangan emosional mereka.
Tes kesehatan mental untuk anak sangat penting, terutama bagi anak-anak yang menjadi korban perceraian orang tua. Anak-anak yang berasal dari keluarga broken home sering kali tidak tinggal langsung dengan orang tua mereka. Beberapa dari mereka tinggal bersama nenek atau kerabat lainnya setelah perceraian.
Anak-anak seperti ini seringkali memiliki kondisi mental yang berbeda dibandingkan dengan anak-anak yang tumbuh dalam keluarga utuh. Tidak tepat untuk membandingkan mental anak-anak broken home dengan anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang harmonis. Semua perasaan yang dialami oleh anak-anak korban perceraian itu nyata dan perlu dipahami dengan empati.
Namun, penting untuk diingat bahwa anak-anak broken home tidak bisa dikatakan lebih buruk daripada anak-anak yang berasal dari keluarga utuh. Meskipun demikian, kondisi psikologis anak-anak yang berasal dari keluarga broken home seringkali tidak sehat. Mereka mungkin menghadapi masalah emosi dan trauma yang lebih besar, yang mempengaruhi perkembangan mental mereka.
Tes Kesehatan Mental untuk Anak Broken Home
Di Indonesia, banyak anak yang menjadi korban dari perceraian dan egoisme orang tua, yang mengakibatkan mereka tidak bisa merasakan kasih sayang orang tua sepenuhnya. Dalam beberapa kasus perceraian, anak sering kali harus dibagi antara kedua orang tua. Ada yang tinggal bersama ibu dan ada yang bersama ayah.
Anak yang tinggal dengan ibu akan kehilangan perhatian ayah, sementara yang tinggal dengan ayah tidak mendapatkan kasih sayang ibu secara penuh. Walaupun terkadang, seorang ayah bisa berfungsi sebagai pengganti ibu, begitu juga sebaliknya.
Situasi menjadi lebih kompleks jika kedua orang tua memutuskan untuk menikah lagi. Anak-anak kemudian harus hidup dengan orang tua tiri yang seringkali kurang memberikan perhatian penuh kepada anak dari pasangan mereka.
Ini membuat anak-anak yang berasal dari keluarga broken home merasa kesepian, karena mereka tidak lagi memiliki tempat yang aman untuk bercerita atau merasa diterima. Dalam beberapa kasus, anak-anak ini juga harus tinggal dengan kakek dan nenek, yang dapat menghambat perkembangan emosional dan sosial mereka.
Tumbuh Kembang yang Lambat
Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga broken home sering kali mengalami perkembangan yang lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak yang tinggal bersama keluarga utuh. Hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Tentunya, kondisi ini perlu perhatian agar anak-anak tersebut tetap bisa berkembang dengan baik dan mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan.
Misalnya, seorang anak TK yang tinggal bersama ayahnya setelah perceraian. Ayahnya sibuk bekerja setiap hari dan tidak sempat memberikan perhatian atau mengajarkan hal-hal penting kepada anaknya. Di sekolah, anak ini tertinggal dalam pelajaran, tidak bisa membaca atau menulis dengan baik, dan sering kali terlihat melamun.
Daya Fokus yang Menurun
Anak-anak dari keluarga broken home juga cenderung memiliki tingkat fokus yang lebih rendah. Hal ini bisa terjadi karena mereka sering mendengarkan pertengkaran orang tua, yang menciptakan lingkungan rumah yang tidak kondusif. Suasana tersebut mengganggu konsentrasi mereka dalam mengikuti pelajaran, sehingga sering kali mereka lupa mengerjakan tugas dan nilai akademis pun menurun.
Insecure
Menyaksikan perpisahan orang tua tentu meninggalkan bekas yang mendalam pada mental anak. Mereka bisa merasa tidak aman atau cemas untuk menjalin hubungan, baik dalam asmara maupun pertemanan. Mereka mungkin merasa tidak akan diterima dalam kelompok tertentu, atau takut hubungan mereka akan berakhir seperti orang tua mereka. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk menghindari pertemanan yang toxic.
Insomnia
Anak-anak broken home, terutama yang sudah remaja, sering mengalami gangguan tidur. Tidur mereka bisa terganggu oleh perasaan takut dan kesepian akibat perceraian orang tua. Mereka mungkin terjaga sepanjang malam, memikirkan masa depan mereka tanpa dukungan kedua orang tua. Insomnia ini bisa mengganggu konsentrasi mereka dalam belajar atau bekerja, menyebabkan prestasi mereka terganggu.
Menjaga Kesehatan Mental Anak Broken Home
Untuk mendeteksi gangguan mental pada anak-anak broken home, kita bisa melakukan tes kesehatan mental secara online. Dengan layanan ini, kita bisa menilai kondisi mental anak-anak tanpa harus pergi ke rumah sakit atau klinik. Tes ini membantu kita mengidentifikasi masalah mental sejak dini, sehingga kita bisa mengambil langkah untuk memberikan dukungan yang mereka butuhkan.
Jika hasil tes menunjukkan adanya gangguan mental, tindakan segera dapat diambil untuk mencegah kondisi tersebut semakin parah. Ini akan membantu anak untuk kembali merasa bahagia, mengatasi rasa insecure, dan menerima kenyataan perpisahan orang tuanya. Anak-anak broken home dapat tumbuh dengan semangat dan mengejar cita-cita mereka dengan lebih baik.
Untuk memudahkan proses evaluasi kesehatan mental, saat ini tersedia platform yang terpercaya seperti https://nsd.id. Platform ini menawarkan berbagai tes kesehatan mental yang bisa diakses secara gratis dan fleksibel, kapan saja dan di mana saja. Hasil tes akan langsung tersedia secara real-time, dan peserta dapat mengunduhnya dalam format PDF. Setelah tes selesai, laporan akan direview dan ditandatangani oleh psikolog yang berlisensi, memastikan hasil yang akurat dan profesional.