Kenali gejala gangguan psikis dengan tes kesehatan mental sebagai langkah awal untuk menindak lanjuti dan mendapat penanganan khusus.
Saat ini, banyak orang yang melakukan tes kesehatan mental ketika menghadapi masa sulit atau merasakan perasaan negatif, seperti kecemasan, kesulitan berkonsentrasi, dan keinginan untuk menghindari orang lain atau keramaian. Gejala-gejala tersebut dapat mengganggu kehidupan sehari-hari.
Tujuan dan Manfaat Tes Kesehatan Mental
Melakukan pengujian kesehatan mental bisa menjadi langkah awal yang penting bagi seseorang untuk memahami kondisi mentalnya. Tes ini biasanya terdiri dari soal-soal dalam bentuk kuesioner, pertanyaan lisan, atau tes fisik.
Hasil dari evaluasi kesehatan mental ini akan memberikan gambaran yang jelas bagi dokter mengenai cara seseorang berpikir, bernalar, dan mengingat. Dengan informasi tersebut, dokter dapat mendiagnosis berbagai kondisi, seperti gangguan kecemasan, depresi, gangguan makan, atau skizofrenia.
Selain itu, evaluasi kesehatan mental juga dapat membantu mendiagnosis kondisi patologi neurologis, seperti penyakit Alzheimer. Tes ini juga berguna untuk membedakan apakah masalah yang dialami seseorang terkait dengan kesehatan mental atau fisik.
Pengujian kesehatan mental dapat menilai penyebab masalah yang dialami seseorang, baik di lingkungan sekolah, rumah, pekerjaan, atau dalam situasi sosial. Selain itu, tes ini juga dapat memprediksi kemungkinan adanya penyalahgunaan zat atau obat. Dengan begitu, tes ini memberikan berbagai manfaat dalam memahami kondisi seseorang secara lebih mendalam.
Manfaat Melakukan Tes
Masalah kesehatan mental tidak boleh dianggap remeh. Jika terlambat mendeteksi, kondisi ini bisa menurunkan kualitas hidup dan bahkan berisiko fatal, mengingat angka kematian akibat bunuh diri terus meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu, tes kesehatan mental sangat penting untuk mencegah kondisi tersebut semakin memburuk.
Secara umum, pengujian kesehatan mental berguna untuk mendeteksi gejala depresi lebih cepat agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat. Dengan deteksi yang akurat dan segera, psikolog atau psikiater dapat memberikan perawatan yang lebih efektif dan membantu mengatasi masalah dengan lebih baik.
Jenis Tes
Berikut beberapa jenis tes kesehatan mental yang biasa dipakai di Indonesia:
Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
Tes ini sering digunakan untuk menilai kondisi mental seseorang dan membantu dalam mendiagnosis gangguan kejiwaan, seperti skizofrenia, depresi, atau gangguan kecemasan (anxiety).
Selain itu, tes MMPI juga bermanfaat dalam konteks hukum, seperti untuk menilai pembelaan dari tersangka atau mengevaluasi kesehatan mental dalam kasus perebutan hak asuh anak. Tes ini membantu pihak berwajib menentukan kondisi kesehatan mental kedua orang tua.
Dalam tes ini, penderita akan menjawab serangkaian pertanyaan dengan pilihan benar atau salah. Berdasarkan jawaban tersebut, hasil tes akan menunjukkan apakah seseorang memiliki masalah kesehatan mental atau tidak.
Beck Depression Inventory (BDI)
Selanjutnya, ada tes BDI (Beck Depression Inventory). Ini adalah tes kesehata mental yang digunakan untuk mengukur tingkat keparahan depresi pada setiap individu. Tes ini terdiri dari 21 pertanyaan dengan pilihan ganda yang harus dijawab oleh penderita, dan hasilnya akan memberikan gambaran mengenai tingkat keparahan depresi yang dialami.
Patient Health Questionnaire – 9 (PHQ – 9)
Tes PHQ-9 digunakan untuk mendeteksi depresi sejak dini. Selain itu, tes ini juga dapat menilai tingkat keparahan depresi, seperti halnya tes BDI, serta memantau respons seseorang terhadap pengobatan.
Dalam tes ini, penderita akan menjawab sekitar 9 pertanyaan singkat dengan skala 0 (tidak pernah) hingga 4 (hampir setiap hari). Contoh pertanyaannya adalah, "Dalam 2 minggu terakhir ini, seberapa sering Anda merasa murung, sedih, atau putus asa?"
Schizophrenia Test and Early Psychosis Indicator (STEPI)
Tes kesehatan mental ini sangat penting bagi penderita yang mengalami gejala-gejala yang mengarah pada skizofrenia. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi gejala-gejala tersebut. Penderita akan diminta untuk menjawab sekitar 17 pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari serta kecenderungan terhadap delusi dan halusinasi.
Yale-Brown Obsessive Compulsive Scale
Yale-Brown Obsessive Compulsive Scale (Y-BOCS) adalah tes yang digunakan untuk mendiagnosis gangguan obsesif-kompulsif (OCD). Dalam tes ini, penderita akan menjawab sekitar 10 pertanyaan, dan hasilnya akan digunakan oleh ahli kejiwaan untuk menilai tingkat keparahan serta jenis gangguan yang dialami.
Itulah tujuan dan jenis-jenis tes kesehatan mental. Namun, penting untuk diingat bahwa tes ini, jika dilakukan tanpa bantuan ahli, tidak bisa dijadikan patokan untuk menentukan apakah gejala yang dialami valid sebagai suatu penyakit tertentu. Sebaiknya, konsultasikan langsung dengan tenaga ahli kejiwaan, seperti psikolog atau psikiater, untuk mendapatkan diagnosis resmi dan penanganan yang tepat.